TRIBUNNEWS.COM-
Masih ingat dengan tokoh Pak Raden
dalam serial film boneka Si Unyil? Sekarang pemeran tokoh Pak Raden
dengan nama asli Drs Suryadi tersebut tengah berjuang untuk mendapatkan
hak cipta serial "Si Unyil" miliknya tersebut.
Di balik beskap
hitam, blangkon dan kumis tebalnya, kini Suryadi yang telah berusia 79
tahun itu juga tengah kesulitan keuangan sehingga harus menawarkan dan
menjual sejumlah karya lukisannya ke sejumlah pihak.
Dampaknya, ia
pun kesulitan untuk biaya berobat sakit encok di bagian lutut kanannya.
Sakit itu mulai menghinggapi Suryadi sejak lima tahun terakhir. Bahkan,
kini Suryadi mirip dengan peran yang dimainkannya di serial "Si Unyil"
masa lalu. Sebab, ia harus dipapah dan dibantu menggunakan tongkat
coklat hanya untuk berjalan beberapa langkah di dalam rumahnya.
Sekitar
20 relawan yang notabene-nya anak muda dengan berbagai latar belakang
profesi, terketuk hatinya untuk membantu perjuangan Suryadi itu.
Ketua
panitia penggalangan dana untuk "Pak Raden, Arif Maulana, menceritakan
bahwa rencananya pemeran tokoh Pak Raden itu akan mengamen dalam acara
penggalangan dana ini, dengan mengundang 20 teman dan sedikit media
massa.
Ia mengakui itu dilakukan guna menyedot perhatian publik,
khususnya Perum Produksi Film Negara (PPFN), pihak yang telah mengambil
hak cipta serial film "Si Unyil" dari tangan Suyadi. Selain itu, acara
ini juga ditujukan agar Suyadi bisa membiaya perobatan sakit lutut
kanannya.
Berdasarkan pengakuan Suyadi, Arif menceritakan bahwa
Suryadi mengadakan perjanjian penyerahan hak cipta atas nama Suyadi
dengan pihak PPFN pada 14 Desember 1995. Di butir Pasal 7 surat
perjanjian tertulis tersebut, seharusnya pihak PPFN mengembalikan hak
cipta "Si Unyil" kepada Suyadi lima tahun kemudian. Namun, hal itu tidak
dilakukan, karena PPFN menganggap bahwa perjanjian itu adalah bentuk
penyerahan hak cipta secara tetap.
"Anda bisa lihat sendiri
langsung kan. Pak Raden jalan saja sudah susah dan hak ciptanya
terkatung-katung di orang lain. Memang acara ini juga dikarenakan Pak
Raden tengah kesulitan keuangan. Tapi, itu juga dikarenakan hak cipta
miliknya tak didapat," ujar Arif saat berbincang dengan Tribunnesws.com.
Arif
mengaku kaget dan bingung, karena ternyata acara yang terlaksana tak
sesuai rencana.
Rupanya, jadwal acara yang disebar melalui
BlackBerry Messenger (BBM) dan media sosial lainnya membuat puluhan awak
media dan ratusan warga berduyun-duyun menyesaki rumah Suyadi di Jalan
Petamburan III Nomor 27, Jakarta Barat, pada Sabtu petang itu
Tak
pelak, rumah Suyadi yang hanya seluas 8 x 4 meter persegi itu tak mampu
menampung banyak orang yang datang. "Saya nggak mengira kalau yang
datang bisa sampai ratusan orang begini. Sampai-sampai jalan masuk ke
sini penuh dengan kendaraan yang parkir mau ke sini," kata Arif.
Arif
makin bingung dan kaget, karena sejumlah artis dan pengacara top juga
berdatangan untuk melihat kondisi pemeran tokoh Pak Raden itu. Artis itu
di antaranya artis cilik sekaligus presenter Amel, Bondan Prakoso
lengkap dengan Fade 2 Black, dan mantan vokalis ST12, Charly. Bahkan,
seorang tamu yang berpakaian serba hitam seperti paranormal dan tak
diketahui identitasnya, ikut "nimbrung" dan membacakan doa-doa untuk Pak
Raden.
Namun, dengan gaya bicara dan pakaian seperti tokoh Pak
Raden, Suyadi sumringah menerima kedatangan para artis tersebut.
Di
teras rumah seluas 2x1 meter persegi itu, Suyadi tampak sumringah
menerima kedatangan para artis tersebut. Suyadi pun berbincang dengan
gaya bicara dan pakaian seperti tokoh Pak Raden kepada para artis
tersebut.
Di kursi kayu itu, Suyadi duduk dengan menopang tongkat
di tangan kanannya.
Dalam acara penggalangan dana ini, pihak
panitia menjual kaos bergambar Pak Raden seharga Rp 120 ribu per buah,
empat buku karya Suyadi seharga Rp 125 ribu, hingga lukisan yang
menempel di dinding ruang tengah rumah Suyadi dengan harga variatif.
Sementara
itu, sang pemeran Pak Raden, Suyadi mengatakan bahwa dirinya
menginginkan hak cipta serial "Si Unyil" bisa kembali sebelum dirinya
tutup usia. Sebab, secara hukum, Suyadi hal itu adalah haknya.
"Dulu
memang mereka pernah bicara sekali, tapi tidak saya hiraukan. Karena
kan ada kontraknya. Saya baru protes sekarang, karena dulu saya masih
bisa berkarya. Tapi, sekarang saya sudah tua, nggak bisa ngapa-ngapain
lagi. Saya tinggal menunggu masuk ke kotak (peti jenazah) saja. Sebelum
saya masuk ke kotak itu, saya mau hak cipta itu kembali," ucap Suyadi.
Penulis:
Abdul Qodir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar