1. Kurang seks.
Mari kita semua bersikap dewasa dan
setuju bahwa setelah mencapai usia tertentu, kita berkomitmen kepada
seseorang karena kita sangat menyukainya — dan perlu cara yang sesuai
norma sosial untuk tidur bersama wanita itu secara reguler. Saya tidak
berusaha meremehkan pandangan moral dan agama siapa pun terkait masalah
ini, dan seks bukanlah bagian terpenting dari hubungan yang sehat.
Namun
seks adalah bagian terbesar, dan sebagai orang dewasa seks jugalah yang
memisahkan persahabatan dari hubungan asmara. Jika Anda menjalani
hubungan yang memuaskan secara emosional namun kurang memadai dalam hal
seksual, hal itu hampir sama frustasinya dengan tidak memiliki hubungan
sama sekali. Karena pria enggan terlibat pembicaraan yang berat atau
enggan melepaskan hubungan yang tidak sempurna, selingkuh sering dilihat
sebagai jalan keluar.
2. Mereka diselingkuhi.
Jika
Anda duduk di bangku sekolah menengah atau belum dewasa, hal itu
mungkin sangat masuk akal. Kekasih mengkhianati Anda, tapi Anda terlalu
mencintainya sehingga tidak bisa mengakhiri hubungan kalian, jadi Anda
juga berselingkuh supaya impas. Itu merupakan cobaan bagi pria mana pun
yang terlalu lemah atau terlalu dimabuk cinta untuk membuat keputusan
yang berat (padahal belum pernah terbukti dalam sejarah manusia bahwa
menyakiti seseorang membuat perasaan lebih baik).
Dan
teman-teman, inilah saran dari saya: Jika kekasih selingkuh, mungkin dia
sebelumnya sudah mencapai titik di mana saat Anda membalasnya, hal itu
tidak akan terlalu menyakitinya. Bahkan, langkah itu hanya akan
mempertegas perasaannya.
3. Ingin tahu apakah mereka masih menarik.
Setiap
orang memiliki kebutuhan mendalam untuk merasa diinginkan dan menarik,
bukan hanya oleh pasangan, tapi juga oleh orang lain. Itulah mengapa
Anda berdandan rapi saat pergi dengan teman, atau alasan perempuan
mengenakan make-up saat pergi berbelanja. Bahkan sedikit rayuan kecil
tidak berbahaya dengan lawan jenis yang menarik bisa menambahkan
semangat dalam langkah Anda, dan itu tidak masalah, karena mungkin
pasangan Anda yang akan menuai keuntungannya.
Namun, bagi pria
yang benar-benar tidak percaya diri, hal itu tidak cukup. Ia harus
berselingkuh untuk bisa membuktikannya. Jika Anda menggabungkan
kegelisahan tersebut dengan hubungan seksual yang hampa dari No. 6,
sangat bisa dipahami mengapa beberapa pria terjerumus dalam
perselingkuhan.
4. Mereka tidak bisa bilang “tidak”.
Jika
mau jujur, jarang sekali perempuan cantik berjalan-jalan sambil
memamerkan tawa di hadapan kita dan mengajak terang-terangan untuk
berhubungan seksual. Namun, menurut saya kebanyakan pria memiliki
perempuan cantik yang benar-benar menggoda mereka. Cara kita
menanganinya tergantung dari beberapa faktor, status hubungan memiliki
peranan penting. Lajang? Sangat bagus. Tidak lajang? Anda tahu jawaban
yang seharusnya, namun apakah Anda memiliki memiliki kemauan keras?
Jenis
pria yang menyerah dengan godaan semacam ini sering kali kurang
berpengalaman dengan perempuan, dan meskipun ia sedang terlibat hubungan
dengan orang lain, ia percaya itu merupakan kesempatan yang tidak bisa
ia dilewatkan. Namun, jika Anda pernah mengalaminya satu atau dua kali,
Anda akan memandang godaan semacam itu sebagai: ketidaknormalan,
keputusasaan, dan membuat wanita menjadi tidak menarik.
5. Merasa pasangan sudah tidak semenarik dulu.
Terkadang,
dalam hubungan jangka panjang, orang-orang mulai tidak memedulikan
penampilannya. Mungkin berat badannya bertambah, atau mungkin ia punya
masalah dengan minuman keras atau mungkin ia tidak bisa mengatasi
masalahnya secara umum. Apa pun itu, masalah dengan kebiasaan adalah
bahwa Anda tidak sadar bahwa hal itu terjadi secara berulang kali,
sesuatu yang tidak terjadi ketika bersama dengan teman atau kerabat yang
jarang Anda temui.
Sebaliknya, tiba-tiba, suatu hari Anda
terbangun dan menyadari bahwa mahkluk yang tinggal bersama dengan Anda
sangat jauh berbeda dengan gadis yang dulu pertama kali menerima kalimat
“aku mencintaimu” dari Anda. Sekali lagi, bagi beberapa pria, ia harus
memilih untuk terlibat dalam diskusi yang sulit (kemungkinan tidak
menghasilkan apa-apa) atau mengejar hubungan seksual di tempat lain.
Selingkuh, di atas segalanya, adalah tindakan tidak terhormat dan pengecut.
Welcome In My World
Menerima Masukkan dan segala Kritik Dari Pembaca ..
Kamis, 30 Mei 2013
Jumat, 21 Desember 2012
KEBUDAYAAN DAN PERADABAN MANUSIA
PERKEMBANGAN BUDAYA DI INDONESIA
Kebudayaan
atau peradaban mengandung pengertian yang luas, meliputi perasaan suatu bangsa
yang kompleks. Kompleksitas perkembangan kebudayaan tersebut mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat (kebiasaan), dan
pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
Seperti
yang kita ketahui, perkembangan budaya indonesia salalu saja naik dan turun.
Pada awalnya, indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek
moyang kita terdahulu, hal seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk
indonesia sendiri, tetapi sekarang-sekarang ini budaya indonesia agak menurun
dari sosialisasi penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya
Indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin
berkurang, dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia.
Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat kini
telah berkembang menjadi masyarakat modern.. namun akhir-akhir ini indonesia
semakin gencar membudidayakan sebagian budaya indonesia, buktinya, masyarakat
luar lebih mengenal budaya indonesia dibandingkan masyarakat indonesia.
Sebagai
contoh adalah batik hasil dari budaya indonesia, batik tersebut belakangan ini
termasuk bahan-bahan yang diminati oleh masyarakat luar. Muncul trend ini
dikarenakan batik telah diresmikan bahwa batik tersebut telah ditetapkan oleh
UNESCO pada hari jumat tanggal 02 oktober 2009 sebagai warisan budaya
indonesia, dan hari itulah ditetapkannya sebagai hari batik nasional.
Ada
sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya
masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan
sosial, Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor),
seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua,
adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh
kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran
(unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat
memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali
kehidupan mereka .
Didalam
budaya seni, indonesia mempunyai kemajuan. khususnya Tarian tradisional telah
mengalami kemajuan yang cukup baik dan telah meranjak ke internasional. Akan
tetapi ada beberapa bagian dari budaya indonesia yang di klaim oleh negara
lain. Berikut, data dari budaya yang di klaim oleh negara lain:
1.
batik dari jawa oleh Adidas
2.
Naskah kuno dari riau oleh pemerintah Malaysia
3.
Naskah kuno dari sumatera barat oleh
pemerintah Malaysia
4.
Naskah kuno dari sulawesi selatan oleh
pemerintah Malaysia
5.
Naskah kuno dari sulawesi tenggara oleh
pemerintah Malaysia
6.
rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum
WN Malaysia
7.
Sambal bajak dari jawa tengah oleh oknum
WN belanda
8.
Sambal petai dari riau oleh oknum WN
belanda
9.
tempe dari jawa oleh beberapa perusahaan
asing
10.
lagu rasa sayange dari maluku oleh
pemerintah Malaysia
11.
Tari reog ponorogo dari jawa timur oleh
pemerintah Malaysia
12.
Lagu soleram dari riau oleh pemerintah Malaysia
13.
Lagu injit-injit semut dari jambi oleh
pemerintah Malaysia
14.
Alat musik gamelan dari jawa oleh
pemerintah Malaysia
15.
Tari kuda lumping dari jawa timur oleh
pemerintah Malaysia
16.
tari piring dari sumatera barat oleh
pemerintah Malaysia
17.
Lagu kakak tua dari maluku oleh
pemerintah Malaysia
18.
Lagu anak kambing saya dari nusa
tenggara oleh pemerintah Malaysia
19.
Kursi taman dengan ornamen ukir khas
jepara jawa tengah oleh oknum WN perancis
20.
Pigura dengan ornamen ukir khas jepara
dari jawa tengan oleh oknum WN inggris
21.
Motif batik perang dari yogyakarta oleh
pemerintah Malaysia
22.
Desain kerajinan perak desak suwarti
dari bali oleh oknum WN amerika
23.
Produk berbahan rempah-rempah dan
tanaman obat asli indonesia oleh shiseido Co. Ltd
24.
Badik tumbuk lada oleh pemerintah Malaysia
25.
kopi gayo dari aceh oleh perusahaan
multinasional (MNC) belanda
26.
kopi toraja dari sulawesi selatan oleh
perusahaan jepang
27.
Musik indang sungai garinggiang dari
sumatera barat oleh Malaysia
28.
Kain ulos oleh Malaysia
29.
alat musik angklung oleh pemerintah Malaysia
30.
.Lagu jali-jali oleh pemerintah Malaysia
31.
tari pendet dari bali oleh pemerintah
malaysia
Dari data tersebut, bisa dibuktikan
bahwa masyarakat indonesia sendiri kurang memperhatikan bagian dari budaya
indonesia. dan diharapkan untuk masyarakat indonesia lebih memperhatikan bagian
dari peninggalan budaya indonesia. dan sekarang akan diupayakan oleh pemerintah
agar mendidik anak-anak muda untuk perduli terhadap hal tersebut, dan lebih
mengenalkan dari dini sikap akan pentingnya pengetahuan budaya indonesia.
Secara
garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua kelompok
besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia Modern. Para
ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan kebudayaan klasik ini.
Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah ditelurkan oleh
kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang pengkaji yang
obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada dalam
kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang
dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian,
nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya.
Kebudayaan
berasal dari kata budayah yang dapat diartikan sebagai hasil rasa, cipta, dan
karsa manusia. Mengingat kebudayaan adalah tumpahan ekspresi hidup manusia maka
budaya itu mesti dilestarikan keberadaannya dengan baik di tengah
masyarakatnya. Kalau budaya adalah rasa, cipta, dan karsa manusia maka untuk
hasil dari budaya itulah yang dinamakan dengan kebudayaan.
Walau
ada yang mengartikan lain bahwa kebudayaan adalah proses berfikir manusia yang
menghasilkan berbagai ciptaannya dalam meningkatkan taraf hidup dirinya, tapi
pada dasarnya kebudayaan adalah wujud Maha Karya tangan manusia. Melihat
perkembangannya kalau ditilik dari proses berfikir manusianya ada tiga tahap
yang mempengaruhi berkembang kebudayaan itu, Van Peursen dalam hal ini
berpendapat bahwa ada tiga tahap bagi manusia untuk mendapatkan kebudayaannya
itu. Dari tiga tahap yang dimaksud di antaranya adalah tahap Mitologis, Ontologis,
dan Fungsional. Pada tahap mitologis manusia berada dalam lingkungan yang penuh
dengan dunia mistis. Yaitu suatu masa yang mempengaruhi sikap manusia bahwa ia
merasa dirinya terkepung oleh hal-hal atau kekuatan ghoib yang ada di
sekelilingnya. Biasanya kekuatan ghoib itu membentuk mitos-mitos yang
dipercayainya sangat sakral, seperti adanya dewa-dewi atau bentuk benda yang
lainnya yang ia anggap mempunyai tuah. Supaya sesembahan mereka tidak marah
atau murka terhadap mereka maka mereka akan memberi sesajen sebagai persembahan
terhadap dewa-dewanya tersebut. Namun perlu diingat kalau mitologi-mitologi
semacam ini hanya ada pada kehidupan masyarakat atau bangsa yang masih
primitive. Sementara itu pada tahap perkembangan yang bersifat Ontologis,
mungkin kita akan mendapati sedikit dari hal-hal yang bersifat mitos itu. Yang
kita dapati adalah suatu perubahan sikap manusia yang mempunyai keinginan besar
untuk menyelidiki segala hal yang berhubungan dengan kondisi lingkungannya.
Maka dari sini manusia tidak lagi merasa dirinya berada dalam kepungan dan
kurungan zaman yang mengikat. Tetapi segala sesuatu mulai disusunnya
berdasarkan hakekat terjadinya sesuatu (Ontology) dan segala hal yang mempunyai
nilai dalam ilmu pengetahuan. Kalau pada tahap yang terakhir yakni fungsional
manusia mulai memperkenalkan diri ataupun mencari relasi dalam mempromosikan
keahlian dirinya di tengah-tengah masyarakat. Pada tahap inilah akan kita
jumpai suatu hubungan (simbiosis) yang akan membentuk suatu interaksi sosial
masyarakat. Memang dalam perkembangan budaya yang begitu amat cepat seperti
sekarang ini, sepertinya manusia adalah subyek yang sangat dominan pada proses
perkembangan budaya itu. Oleh sebab itulah manusia sering disebut sebagai insan
yang unik. Yaitu insan yang dirinya tak pernah berhenti dalam berkarya dan
menciptakan sesuatu hal yang baru. Tapi tidaklah serta merta kalau manusia itu
dapat membangun budayanya dengan cepat, cermat dan kreatif kalau tidak adanya
proses yang mengiringinya. Memang benar kalau segala hal di dunia ini ada
karena melewati suatu proses, termasuk budaya manusia itu sendiri. Hal ini
pernah muncul pada zaman Yunani Kuno yang saat itu ada pembagian perkembangan
manusia menurut zamannya. Pada awal masanya manusia disebut sebagai Political
Animal, sebab manusia saat itu mulai membentuk tatanan organisasi dalam
kelompok-kelompok politik guna menyusun dan mengatur kehidupan masyarakatnya.
Kemudian dalam perkembangannya manusia memasuki masa di mana ilmu pengetahuan
diagungkan. Pada masa renaisans ini manusia mendapat sebutan dengan Rational
Animal, mengingat kekritisan serta kemajuan manusia dalam menggunakan kekuatan
rationya. Pada masa inilah manusia menghambakan dirinya kepada ilmu pengetahuan
mengingat keabsahannya dijangkau oleh pikiran normal manusia.
Mengingat perkembangannya yang tak pernah berhenti itulah tak lama setelah masa renaisans, di Eropa dan Amerika mulai dari munculnya pedagang atau saudagar yang berusaha untuk mencari dan menggali sumber-sumber ekonomi yang ada di dunia guna diperdagangkan dalam upaya mendukung proses industrialisasi. Hal ini terjadi pada abad ke-19 Masehi. Masa inilah manusia disebut sebagai \"Ekonomical Animal\' karena sudah berjalannya kegiatan ekonomi di masyarakat. Merasa tak puas dengan perkembangannya itu, dalam kelanjutannya manusia mulai mengembangkan dirinya melalui proses interaksi dan komunikasi. Hal tersebut bisa berupa komunikasi dengan lambang atau bentuk-bentuk simbol yang lainnya. Yang lebih sering kita lihat adalah melalui bahasa, seni, dan ilmu pengetahuan. Erns Cassier menyebutnya dengan masa Symbolicum Animal. Melihat dari perjalanan sejarah perkembangan budaya di atas, rasanya tidak ada terlintas dalam fikiran ini kalau budaya itu berhenti dalam berkembang. Rasanya perubahan budaya akan tetap bergerak selamanya yakni selama adanya kehidupan manusia di dunia ini. Mungkin hal ini sangat tepat rasanya bila dikaitkan dengan gagasan Alvin Tofler mengenai hukum dinamika dan dialektika. Yaitu walau dalam perkembangannya budaya itu terus maju dengan zamannya, tapi tidak selamanya kita bisa mengartikan kalau nilai dari budaya itu juga turut maju. Artinya kalau budaya itu terus maju tapi nilai dari budaya itulah yang bersifat relative, bisa naik dan bisa turun. Jadi dalam budaya itu pun ada gelombang naik dan pasang surut, maju mundur, serta kondisi budaya itu yang terus bergerak tak henti-hentinya apalagi sampai terjadi gerakan yang bersifat Power Shift artinya perubahan budaya yang ada di dunia ini berintikan pada pergeseran budaya yang bergelombang. Bila tidak kita cermati dengan baik maka akan menimbulkan kegoncangan di masa depan atau bisa disebut Future Shock. Untuk itu dimanapun manusia mesti waspada Eling Lan Waspodo yaitu agar selalu ingat akan dirinya sendiri dan selalu waspada terhadap situasi dan kondisinya. Untuk itu jangan sekali-kali kita membiarkan diri terjebak ke dalam situasi yang dapat membahayakan keselamatan kita. Dan tentunya perlu suatu sikap yang waspada dan bukan curiga dari kita semua. Walau dalam teknis tak jauh berbeda tapi dengan kita waspada maka kita akan mendapat nilai dan pandangan yang psoitif kepada diri dan orang lain, sementara curiga akan terus menyiksa diri karena akibat dari tekanan fikiran yang selalu gundah kelana. Kalau kita melihat kondisi budaya di Indonesia dewasa ini, sepertinya kita sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran atau \"Shirf\" budaya. Hal ini mungkin dapat difahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta ketidak mampuan kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan budaya dasar kita. Kalau boleh dibilang sekarang ini bangsa Indonesia akan lebih senang dan bangga bila menggunakan model trendy ala budaya Amerika ataupun Eropa namun justru malu bukan kepayang kalau mereka memakai baju kebaya atau yang lainnya, yang dianggapnya sebagai pakaian yang norak dan kampungan mengalahkan model pakaian saat ini yang dianggapnya modern itu. Padahal bukanlah disitu letak nilai dari sebuah kemodernan. Tapi tingkat norma dan kepribadianlah yang menentukan kemodernan zaman itu. Untuk itu guna menjaga budaya Indonesia yang beragam dan bernilai itu. Maka sebagai bangsa kita musti menyadari kalaulah budaya kita itu yang lebih amat bermoral dan bernilai bila dibandingkan dengan budaya lain. Oleh karenanya jangan sampai ada imperialisme budaya yang bertengger di negara yang kita cintai ini. Yakni Indonesia.
Mengingat perkembangannya yang tak pernah berhenti itulah tak lama setelah masa renaisans, di Eropa dan Amerika mulai dari munculnya pedagang atau saudagar yang berusaha untuk mencari dan menggali sumber-sumber ekonomi yang ada di dunia guna diperdagangkan dalam upaya mendukung proses industrialisasi. Hal ini terjadi pada abad ke-19 Masehi. Masa inilah manusia disebut sebagai \"Ekonomical Animal\' karena sudah berjalannya kegiatan ekonomi di masyarakat. Merasa tak puas dengan perkembangannya itu, dalam kelanjutannya manusia mulai mengembangkan dirinya melalui proses interaksi dan komunikasi. Hal tersebut bisa berupa komunikasi dengan lambang atau bentuk-bentuk simbol yang lainnya. Yang lebih sering kita lihat adalah melalui bahasa, seni, dan ilmu pengetahuan. Erns Cassier menyebutnya dengan masa Symbolicum Animal. Melihat dari perjalanan sejarah perkembangan budaya di atas, rasanya tidak ada terlintas dalam fikiran ini kalau budaya itu berhenti dalam berkembang. Rasanya perubahan budaya akan tetap bergerak selamanya yakni selama adanya kehidupan manusia di dunia ini. Mungkin hal ini sangat tepat rasanya bila dikaitkan dengan gagasan Alvin Tofler mengenai hukum dinamika dan dialektika. Yaitu walau dalam perkembangannya budaya itu terus maju dengan zamannya, tapi tidak selamanya kita bisa mengartikan kalau nilai dari budaya itu juga turut maju. Artinya kalau budaya itu terus maju tapi nilai dari budaya itulah yang bersifat relative, bisa naik dan bisa turun. Jadi dalam budaya itu pun ada gelombang naik dan pasang surut, maju mundur, serta kondisi budaya itu yang terus bergerak tak henti-hentinya apalagi sampai terjadi gerakan yang bersifat Power Shift artinya perubahan budaya yang ada di dunia ini berintikan pada pergeseran budaya yang bergelombang. Bila tidak kita cermati dengan baik maka akan menimbulkan kegoncangan di masa depan atau bisa disebut Future Shock. Untuk itu dimanapun manusia mesti waspada Eling Lan Waspodo yaitu agar selalu ingat akan dirinya sendiri dan selalu waspada terhadap situasi dan kondisinya. Untuk itu jangan sekali-kali kita membiarkan diri terjebak ke dalam situasi yang dapat membahayakan keselamatan kita. Dan tentunya perlu suatu sikap yang waspada dan bukan curiga dari kita semua. Walau dalam teknis tak jauh berbeda tapi dengan kita waspada maka kita akan mendapat nilai dan pandangan yang psoitif kepada diri dan orang lain, sementara curiga akan terus menyiksa diri karena akibat dari tekanan fikiran yang selalu gundah kelana. Kalau kita melihat kondisi budaya di Indonesia dewasa ini, sepertinya kita sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran atau \"Shirf\" budaya. Hal ini mungkin dapat difahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta ketidak mampuan kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan budaya dasar kita. Kalau boleh dibilang sekarang ini bangsa Indonesia akan lebih senang dan bangga bila menggunakan model trendy ala budaya Amerika ataupun Eropa namun justru malu bukan kepayang kalau mereka memakai baju kebaya atau yang lainnya, yang dianggapnya sebagai pakaian yang norak dan kampungan mengalahkan model pakaian saat ini yang dianggapnya modern itu. Padahal bukanlah disitu letak nilai dari sebuah kemodernan. Tapi tingkat norma dan kepribadianlah yang menentukan kemodernan zaman itu. Untuk itu guna menjaga budaya Indonesia yang beragam dan bernilai itu. Maka sebagai bangsa kita musti menyadari kalaulah budaya kita itu yang lebih amat bermoral dan bernilai bila dibandingkan dengan budaya lain. Oleh karenanya jangan sampai ada imperialisme budaya yang bertengger di negara yang kita cintai ini. Yakni Indonesia.
Dengan
meningkatnya teknologi sebagai hasil pikiran manusia, masyarakat di-negara2
yang telah maju cenderung mengabaikan atau tidak menghiraukan hal2
yang tidak masuk akal.
Mengingat
ajaran-ajaran agama selalu bertitik tolak pada harus Yakin dan percaya
tanpa penjelasan yang masuk akal, maka dengan majunya teknologi
berkuranglah kepercayaan/ pegangan manusia pada ajaran makna agama. Yang
disebut menerima putusan tuhan yang maha esa mulai tidak berlaku. Manusia lebih
berpegang pada prestasi yang didasarkan pada akal.
Dengan
demikian manusia lambat laun lebih dikuasai oleh materi, yaitu hasil dari
prestasi akal. Disamping itu timbul cara2 berpikir, menafsir dan bertindak yang
menyimpang dari standart/ patokan-patokan masyarakat sebelumnya. Hal ini
terwujud pada:
a. Penampilan
b. Pergaulan
c. Komunikasi
d. Bahasa
e. Rekreasi
f. Kejahatan/ kriminalitas
g. Hubungan/ ikatan antara majikan dan
bawahan
h. Perundang undangan
i.
Penyakit2
organis dan psihis
j.
Kelainan
jiwa/ gila
k. Kekuatan mental/ daya tahan.
l.
Kelainan
phisik pada keturunan
m. Polusi Kedamaian di dunia.
n. Dll. dll.
Dengan berkembangnya perhatian pada ilmu parapsikologi
didunia barat dan negara2 yang telah maju timbul suatu gejala baru. Lambat
laun nanti ilmu ini akan membawa manusia pada suatu kesadaran baru
dengan pengertian yang didasarkan pada logika dan dibantu dengan
alat2 pengukur modern. Akan timbul nantu suatu masa dimana manusia dapat
memahami agama dengan pengertian yang masuk akal. Dapat dikatakan
bahwa sekarang ini manusia berada pada anak tangga pertama menuju kealam
pikiran maju. Akan tetapi masih banyak ilmu pengetahuan mengenai hukum2
alam yang harus dirintis sebelum mencapai awal dari pengetahuan
terpadu antara agama dan teknologi.
Kebudayaan
akan senantiasa berkembang. Perkembangan tersebut dapat berasal dari dalam
masyarakat dan kebudayaan sendiri atau karena perubahan lingkungan alam dan
fisik tempat masyarakat hidup. Masyarakat yang terbuka memiliki kecenderungan
mengalami perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan masyarakat
tertutup. Selain karena peristiwa cultural lag dan cultural survival, perubahan
kebudayaan juga dapat disebabkan oleh cultural conflict (pertentangan
kebudayaan) dan cultural shock (guncangan kebudayaan)
Peradaban adalah memiliki berbagai arti dalam
kaitannya dengan masyarakat manusia.
Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang
"kompleks": dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya dan
pemukiman, berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan
disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial.
Istilah
peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah
"budaya" yang populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia dapat
berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni,
adat istiadat, kebiasaan ... kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan
dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup
masyarakat". Namun, dalam
definisi yang paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang
relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan
dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan
ekonomi dan budaya.
Dalam sebuah
pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adalah istilah
"peradaban" dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam
konteks sosial di mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain
"ganas" atau "biadab" budaya, konsep dari "peradaban"
digunakan sebagai sinonim untuk "budaya (dan sering moral) Keunggulan dari
kelompok tertentu." Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti
"perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa". masyarakat yang mempraktikkan pertanian secara
intensif; memiliki pembagian kerja; dan kepadatan penduduk yang mencukupi untuk membentuk kota-kota.
"Peradaban" dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk
pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban
manusia atau peradaban global).
Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya
manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah
peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak
berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan,
sistem ekonomi, dan IPTEK.
Menurut
Koentjaraningrat dalam bukunya “Pengantar Antropologi” tahun 2005 menjelaskan bahwa kebudayaan adalah seluruh
sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Peradaban
sendiri merupakan bagian-bagian serta unsur dari kebudayaan yang sifatnya,
halus, maju, indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan adat dan sopan
santun serta pergaulan, organisasi bernegara, dan lain-lain. Serta peradaban
ini digunakan untuk menyebut suatu kebudayaan yang memilki sistem teknologi,
ilmu pengetahuan, seni-rupa, yang maju dan kompleks. Kebudayaan
berasal dari kata budaya yang berarti hasil pengembangan pemikiran manusia
(budi: akal/pikiran; daya: kemampuan) dan mendapat imbuhan ke-an sehingga
menjadi kebudayaan (kata benda) yang berarti segala hasil cipta, rasa dan karsa
manusia ayang mereka gunakan untuk kehidupannya. Peradaban berasal dari kata
adab yang berarti baik (kata sifat), mendapat imbuhan pe-an sehingga menjadi
peradaban (kata benda) yang berarti segala sesuatu yang dihasilkan
manusia/kebudayaan yang bersifat baik atau dapat memajukan kehidupan dan hal
semacam ini hanya berlangsung sementara dan dalam kurun waktu tertentu. Jadi
dengan kata lain peradaban merupakan hasil/puncak perkembangan dari suatu
kebudayaan dan bersifat kompleks. Kebudayaan ini berakar pada ide mengenai
nilai, tujuan, pemikiran yang ditransmisikan melalui ilmu, seni dan agama suatu
masyarakat sedangkan peradaban berakar pada ide tentang kemajuan material (ilmu
dan teknologi), aspek kehalusan, penataan sosial dan aspek kemajuan lain.
Kebudayaan merupakan segala hasil cipta, rasa dan karsa
manusia yang digunakan untuk kelangsungan hidupnya yang sifatnya dinamis,
artinya berkembang terus menerus/terus berlanjut sampai sekarang. Sedangkan
peradaban merupakan puncak dari suatu kebudayaan itu sendiri yang berkembang
dalam suatu masyrakat dan dalam kurun waktu tertentu. Ide utama yang
terkandung dalam peradaban adalah kemajuan, perkembangan (progress dan development). Tetapi
dalam peradaban tidak adanya keberlanjutan/kontinyuitas. Selain itu peradaban
berkembang dalam kurun waktu tertentu serta bersifat munumental dimana
peradaban merupakan bukti kebesaran dari suatu masyarakat yang hidup dalam
suatu daerah (misalnya: Peradaban Yunani Kuno, Peradaban Lembah Sungai Indus,
Peradaban Mesir Kuno, Peradaban Sungai Eufrat dan Tigris, dan lain-lain)
Kebudayaan terdiri
atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang
diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun
pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk di
dalamnya perwujudan benda-benda materi; pusat esensi kebudayaan terdiri atas
tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai
yang berkembang terus. Untuk membangun peradaban perlu adanya jaringan
sosial atau inovasi sosial yang menciptakan pranata (institusi) sosial yang
memungkinkannya menerima dan mengembangkan produk-produk peradaban lain dalam
konteks kebudayaan sendiri.
Daed
Joesoef berpendapat kebudayaan adalah hal-hal atau segala sesuatu yang
mempunyai ciri atau sifat budaya. Sedangkan budaya itu sendiri adalah sistim
nilai yang dihayati. Nilai dapat berbentuk (tangible) seperti bangunan
bersejarah, karya seni, lukisan, patung, dan lainnya. Dan peradaban
adalah suatu kondisi masyarakat yang terdiri dari kesatuan budaya dan
sejarah. Dalam pengertian lain peradaban merupakan jenjang keberadaan tertinggi
yang dapat dicapai oleh suatu kebudayaan; ia adalah artifisial, tidak
metafisis, tidak berjiwa, dikuasai oleh intelek. Sebuah peradaban
mengalami siklus dalam ruang dan waktu. Ia mengalami pasang dan surut.
Sedangkan kebudayaan lepas dari kontradiksi ruang dan waktu. Ia memiliki ukuran
tersendiri (ukuran benar salah, tepat tidak atau berguna tidak) di dunai
pemikiran.
Kebudayaan dan peradaban memang merupakan aspek-aspek
kehidupan sosial manusia yang memiliki sedikit perbedaan tapi dari perbedaan
tersebut dapat diambil jalan tengah yaitu peradaban dan kebudayaan adalah dua
aspek dalam kehidupan manusia, ada hubungan timbal balik antara keduanya.
Sebagaimana hubungan antara aspek spiritual, mental dan material dalam diri
manusia. Kebudayaan ataupun peradaban, mengandung pengertian yang luas,
meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan
lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
1. Hakekat Kebudayaan
Kebudayaan
= cultuur (bahasa Arab) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab),
berasal dari perkataan Latin ; “Colere” yang artinya mengolah, megerjakan,
menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi
arti ini berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam. Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia,
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari
budi dan akal. ( Drs. Joko Tri Prasetya dkk, 1991 : 28 ).
Budaya dan
kebudayaan merupakan kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti sebagai
sesuatu yang merupakan hasil dari penggunaan akal budi manusia. Kebudayaan
memiliki arti sebagai suatu budaya yang memiliki sifat kebenaran. Sedangkan budaya itu sendiri
memiliki pengertian sebagai sarana yang dihasilkan melalui penggunaan cipta
rasa dan karsa ( Koentjaraningrat ) . Budaya berasal dari kata “ Budhi “ yang
artinya adalah sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap
manusia untuk merespon pengaruh dari lingkungan alam dan sosial. Hasil dari
respon itulah yang disebut budaya. ( Bambang Sabtosa, dkk. 2008 : 8 )
Menurut ilmu antropologi “kebudayaan” adalah : keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. (
Koentjaraningrat, 1979 : 193 )
Kebudayaan
terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagat raya
yang berada di balik perilaku manusia, dan yang tercermin dalam perilaku. Semua
itu adalah milik bersama para anggota masyarakat, dan apabila orang berbuat
sesuai dengan itu, maka perilaku mereka dianggap dapat diterima di dalam
masyarakat . kebudayaan dipelajari melalui sarana bahasa, bukan diwariskan
secara biologis, dan unsur-unsur kebudayaan berfungsi sebagai suatu keseluruhan
yang terpadu. ( William A. Haviland, 1995 : 331 )
2.
Perbedaan Kebudayaan dengan Peradaban
Kata
“kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Demikian kebudayaan itu dapat diartikan “ hal-hal
yang bersangkutan dengan budi dan akal .” . Ada pendirian lain mengenai asal
dari kata kebudayaan itu, ialah bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari
majemuk budi-daya, artinya daya dan budi, kekuatan dari akal. Adapun istilah
inggrisnya berasal dari kata Latin colereyang berarti “mengolah,
mengerjakan”, terutama mengolah tanah atau bertani . Dari arti ini berkembang
arti culture sebagai
segala daya dan usaha manusia untuk merubah alam.
Adapun
istilah peradaban dapat kita sejajarkan dengan kata asing civilization . Istilah itu biasanya dipakai untuk
bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah, seperti :
kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan-santun dan sistem pergaulan komplex
dalam suatu masyarakat dengan struktur yang komplex. Sering juga istilah
peradaban dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem
teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan
yang maju dan komplex.
( Koentjaraningrat , 1948 : 9-10 )
Jika Huntington (1996
) mendefinisikan peradaban ( civization ) sebagai the highest social grouping
of people and the broadest level of cultural identity people have short of that
which distinguish humans ftm other species, dan Ibnu Khaldun ( 1332-1406 M )
melihat peradaban (umran) sebagai organisasi sosial manusia, kelanjutan dan
proses tamaddun ( semacam urbanisasi ), lewat ashabiyah (group feeling, espritde
corp ). Peradaban disini didefinisikan sebagai keseluruhan kompleksitas prosuk
pikiran kelompok manusia yang mengatasi Negara, ras, suku, atau agama yang
membedakannya dari yang lain, tetapi tidak monolitik dengan
sendirinya. ( Bambang Santosa dkk., 2008 : 44 )
3. Fungsi Kebudayaan dan contoh Konkritnya
Berbagai
unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat manusia berfungsi untuk memuaskan
suatu rangkaian hasrat naluri manusia akan keindahan.unsur sistem pengetahuan
untuk memuaskan hasrat naluri manusia untuk tahu. Tetapi unsur kebudayaan tidak
hanya untuk memuaskan satu hasrat naluri saja, melainkan suatu kombinasi dari
lebih satu hasrat.
Contoh :
Contoh :
1.
Keluarga,dapat di
anggap berfungsi guna memenuhi hasrat manusia akan perasaan aman dan mesra,
tetapi juga hasrat manusia akan prokreasi, yaitu melanjutkan jenisnya dan
mengamankan keturunannya.
2.
Rumah dapat dianggap
berfungsi guna memenuhi hasrat manusia akan perlindungan fisik, tetapi juga
hasrat akan gengsi atau keindahan. ( Koentjaraningrat, 1979 : 215 )
Kebudayaan tidak mungkin lestari, kalau tidak memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu para anggotanya. Kebudayaan harus mampu
memproduksi , mendistribusikan barang-barang dan jasa, yang dipandang perlu
untuk hidup. Kebudayaan harus menjamin kelestarian biologis, dengan cara
memproduksikan anggota-anggotanya. Para anggota yang baru harus dienkulturasi
sehingga dapat berperilaku sebagai orang dewasa. kebudayaan harus memelihara
ketertiban diantara para anggotanya. Demikian juga kebudayaan harus memelihara
ketertiban antara para anggotanya dan orang luar. Akhirnya kebudayaan harus
memberi motivasi kepada para anggotanya untuk bertahan hidup dan mengadakan
kegiatan-kegiatan yang perlu untuk kelangsungan hidup itu. ( William
A. Haviland, 1995 : 351 )
Senin, 10 Desember 2012
Lirik I Love You Babe by Nicky Astria
I Love You Babe
Rindu didada karena dicintaimu ..
Cinta Q semakin mendalam setiap waktu
huuu .. uuu .. uu ..
aQ tak akan pernah hilang dan mendebu
Q hanya ingin katakan
# i love you babe ..
sebelum engkau datang
aQ yang dulu lama menghirup
kau selimuti Q dengan tulusnya cinta illahi
* i need you babe ..
peluk sekali lagi
sentuhan bibirmu menelusuri
jangan padamkan kenangan kau dan aku ..
back to # 2x , *
Rindu didada karena dicintaimu ..
Cinta Q semakin mendalam setiap waktu
huuu .. uuu .. uu ..
aQ tak akan pernah hilang dan mendebu
Q hanya ingin katakan
# i love you babe ..
sebelum engkau datang
aQ yang dulu lama menghirup
kau selimuti Q dengan tulusnya cinta illahi
* i need you babe ..
peluk sekali lagi
sentuhan bibirmu menelusuri
jangan padamkan kenangan kau dan aku ..
back to # 2x , *
Langganan:
Postingan (Atom)